Kamis, April 16, 2009

Renungan Seorang Sahabat

MELAYAT KE RUMAH SAHABAT

Pagi tadi (pukul 10.00, tanggal 17 Juli 2008), saya dan beberapa rekan kantor melayat salah seorang sahabat kami yang bekerja sebagai seorang Marketing di bahan bantu produk kami. Namanya Pak Andre. Saya sebenarnya baru beberapa bulan ini mengenal dirinya. Tapi perkenalan kami cukup mendalam. Rasanya saya sudah mengenal dirinya bertahun-tahun. Kami sudah bisa langsung akrab dan berkelakar bak sahabat lama.

Di rumah beliau yang cukup mewah di kawasan elit Cimahi, Jawa Barat, kami bertemu dengan istri beliau - masih sangat muda, belum sampai 40 tahun - dan 2 anak mereka. Yang sulung baru juga kelas 1 SMA. Pak Andre sendiri baru berusia 42 tahun.

Dari cerita istrinya, kami baru mengetahui bahwa Pak Andre meninggal kemarin sore, pukul 16.00. Saat itu dia melihat tali sepatunya lepas. Dia membungkuk untuk memperbaikinya. Tiba-tiba pandangannya kabur, dan terjatuh. Tidak lama, ke tika ditolong teman-temannya, dia sudah meninggal. Sebegitu mudahnya dia meninggal.

Menengok masa lalunya - yang dituturkan oleh kakak beliau - Pak Andre adalah pekerja yang sangat gigih dan giat. Lokasi kerjanya yang jauh dari rumah (di daerah Soreang, sekitar 1.5 jam dari rumahnya, kalau tidak macet), mengharuskan dia berangkat sangat awal ke kantor. Walau jam kantornya pukul 09.00, dia sudah harus berangkat dari rumah pukul 06.00 untuk menghindari kemacetan. Usai jam kerja pukul 17.00, dia masih rajin menyambangi kantor-kantor koleganya yang ada di arah pulang, menanyakan order. Sampai rumah, biasanya sudah pukul 21.00.

Beliau pun jarang olah raga, jarang bermain dengan keluarga, dan jarang beristirahat. Yang dia pikirkan adalah kerja dan kerja, dan bagaimana membesarkan omzet. Bahkan di hari libur pun, beliau sering mampir ke pabrik, memeriksa dan follow up order.

Makan tidak teratur dan jarang minum, membuat beliau mengalami gangguan ginjal, diabetes, dan jantung. Tekanan darah pun tidak stabil karena beliau sering stres dan kurang istirahat. Seminggu sebelum beliau meninggal, tubuhnya sudah sangat kelelahan. Isttrinya meminta dia mengambil cuti 1 minggu. Tapi dia tidak mau. Yang dia pikirkan adalah omzet, omzet, dan omzet. Kerja, kerja, dan kerja. Pokoknya totalitas hidupnya untuk kerja dan omzet.

Puncaknya adalah kemarin, tanggal 16 Juli, ke tika tubuhnya sudah tidak mampu lagi menahan beban berat, dia tersungkur saat akan membetulkan tali sepatu di depan kantornya.

Dia punya rumah mewah. Harta yang besar. Keluarga yang baik. Tapi semuanya tidak bisa ia nikmati karena dia telah menetapkan tujuan hidupnya : hidup adalah untuk bekerja dan mencari omzet. Lalu setelah semuanya didapat, buat apa? Kini dia tertidur kaku di liang lahat, meninggalkan kepedihan mendalam keluarganya, sahabatnya, dan rekan2 sekerjanya. Tidak ada lagi yang bisa dia berikan selain kenangan.

RENUNGAN :

Apa prioritas hidupmu hari ini? Kerja dan omzet? Jika itu sudah kau dapat, so what? Bagaimana jika di satu hari Tuhan dengan mudahnya mencabut hidupmu. Apa tidak jadi sia-sia apa yang sudah kau raih?

Lihatlah bahwa ada hal lain yang jauh lebih berharga : keluargamu, sahabatmu, dan hidupmu sendiri. Kau boleh mencintai pekerjaanmu, tapi jangan biarkan pekerjaan menguasai dirimu.

Selama Tuhan memberimu kesempatan, luangkan waktu untuk lebih mencintai keluarga dan dirimu sendiri. Dan luangkanlah waktu untuk Tuhan. Karena Dialah, kau ada. MEREKA jauh lebih berharga daripada emas dan perak di muka bumi ini.

Tidak ada komentar:

Pengikut